Langsung ke konten utama

Asmara Tersisih

Jalanan Asing Panderman Jejak Manyar
Jalanan Asing
Aku menuruni jalanan kelabu
Sendiri
Dalam dendang jiwa yang bisu
Ku kenang wajahmu
Ku kenang senyummu
Ku kenang tawamu
   Menjadi duri di dada...

Ku coba bertahan
Air mata ku simpan
Ku tegarkan pandangan

Matahari ku sapa
Meskipun hatiku enggan menegurnya
Rembulan ku sambangi
   Tak sadarkah ia aku mendendam perih?

Cemaraku. Pinus dan rimba yang teduh
   Tak adakah pelipur laraku?

Kau yang ku puja
Kau yang ku damba
Dalam setiap larik nada
Ku hembuskan sujud cinta
   Mengapa kau alpa?

Kau yang ku cita
Dan kau
Yang menyejukkan asa kemarau
Dalam setiap nafas ku senandungkan kasihku
   Begitu jauhkah aku di kenangmu?

Aku tak pernah lelah membayangmu
Namun ku sanggup lagi merindumu
Sesat asmara kaburi mata batinku
Dan ku relakan harga diriku
Tumpah berkeping di kakimu
Silam tersia menjadi kelam...

Biarkan kini
Ku titi langkah perjalanan sepi
Sendiri
Dalam dendang jiwa yang dungu
Ku kenang wajahmu
Ku kenang senyummu
Ku kenang tawamu
   Menjadi nanah di dada...


Sumber Gambar : Dokumetasi Pribadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The End of The Holiday ^.^

Menyambut Esok Yup. Saya pikir inilah saat terakhir saya ngabisin hari libur. Masa reses. Masa menenangkan diri dan menjauhkan diri dari aktivitas perkuliahan dan tugas-tugas yang naujubillah banyak banget. Ini hari terakhir, meskipun masih kesisa sehari besok, buat memikirkan rencana masa depan. Kenapa hari terakhir? Ya karena mulai Senin besok lusa nggak ada lagi rencana. It's time to action! Setuju? ^.^ Senin, jam 7 pagi, sejarah semester 4 studi saya dimulai. Dosen baru, suasana baru. Target-target baru. Saya yakin, sepanjang hati kita yakin, kita bisa melakukan apa aja. Kebaikan apa aja. Kesuksesan apapun meski terlihat rumit dan mustahil. Dan hal ini yang akan saya lakukan: Agraria harus dapat nilai A!!!! Itu tekad saya buat si dosen killer yang bakal jadi dosen di kelas yang saya ambil semester ini. Semoga ini bukan keputusan goblok saya. Tuhan, Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikan petunjuk dan kemudahan bagi hamba. Aamiin... So, bagaimana denga

Aku Tertawa

Bayi pun Turut Menertawakanmu Aku tertawa Melihatmu Berebut gundu dengan bibir berlumas gincu Tapi, Aku lebih tertawa lagi Melihatmu sendiri Tergugu dan nyeri Ketika biji gundu itu melesat ke dahi ..... Bekas dan jelas Sumber Gambar : Google

Sajak Pendek

Entah Ku tembangkan di tepi senja Ketika jingga menyala Dan jarak memisahkan kita Semoga kita berjumpa                    Lagi... Sumber Gambar: eRepublik - The New World